Fenomena Quiet Covering, Kebiasaan Buruk Gen Z di Tempat Kerja

WARTASULUH.COM- Seperti tak ada habisnya istilah di dunia kerja di kalangan Gen-Z. Belum lama ini ada istilah lainnya yaitu quiet covering.
Profesor Emeritus di Universitas North Carolina sekaligus penulis, Bryan Robinson, PhD mengatakan, quiet covering adalah kecenderungan karyawan untuk menyembunyikan aspek pribadi diri mereka sendiri untuk menghindari penilaian dan stereotip, agar dapat diterima dan tampak lebih mudah dipromosikan.
Sebuah survei Attensi, penyedia solusi berbasis permainan untuk pengembangan keterampilan dan SDM, terhadap 2.000 karyawan dari berbagai industri dan kelompok usia menyebut quiet coveringsebagai krisis tersembunyi dalam tenaga kerja saat ini.
Sebanyak 58% mengaku melakukan skill masking, menyembunyikan kesenjangan pengetahuan atau kompetensi untuk menghindari penilaian. Hampir setengahnya mengatakan mereka berpura-pura memahami sesuatu di tempat kerja. Kemudian, 40% responden menghindari meminta bantuan bahkan ketika mereka tidak yakin bagaimana cara melakukannya.
Fenomena "covering" menurut Robinson, dicetuskan oleh Profesor Kenji Yoshino sebagai praktik menyembunyikan atribut pribadi agar sesuai atau untuk menghindari stereotip, penilaian, dan diskriminasi.
Beberapa contoh covering yang paling menonjol adalah ketika karyawan menutupi aspek-aspek atribut pribadi mereka seperti ras/etnis, gender, orientasi seksual, usia, agama, disabilitas, atau karakteristik lainnya agar merasa diterima, terhindar dari PHK, dan mendapatkan promosi.
Melakukan covering dalam tingkat tertentu adalah normal karena mencerminkan kemampuan beradaptasi dan kecerdasan emosional. Ini memungkinkan individu untuk menavigasi beragam konteks sosial dan profesional.
Namun, jika terlalu sering atau terus-menerus melakukan covering di tempat kerja, hal itu dapat berbahaya, menyebabkan stres, kelelahan, dan perasaan terputus, yang pada akhirnya merusak kesejahteraan dan kinerja organisasi kalian bekerja.
Sebuah studi penelitian baru dari Hu-X x Hi-Bob melaporkan 97% karyawan melakukan coveringsetidaknya kadang-kadang, dan 67% sering melakukannya.
Para peneliti menemukan berbagai alasan seperti untuk menjaga citra profesional (55%), untuk penerimaan sosial (48%), untuk menghindari diskriminasi (46%), untuk meningkatkan kemungkinan mendapatkan promosi, kenaikan gaji, atau bonus (46%), atau untuk meningkatkan kemungkinan mendapatkan ulasan akhir tahun yang lebih baik (43%).
Ada orang yang melakukan ini karena ia orang tertua di timnya. Ada yang untuk menutupi orientasi seksualnya untuk mencegah penghakiman.
Ada juga yang melakukannya karena takut akan pandangan politik mereka atau berbohong telah mendapatkan vaksin COVID dari perusahaan, padahal belum.
Apa yang Ditutupi Gen Z di Tempat Kerja?
Studi Hu-X x Hi-Bob menunjukkan Gen-Z fenomena ekspresi yang tampak kosong dan acuh tak acuh di antara anggota pekerja generasi muda.
Pekerja Gen-Z dua kali lebih mungkin menyembunyikan sebagian dari diri mereka di tempat kerja dibandingkan generasi boomer. Sebanyak 56% menyebutkan mereka melakukan ini bahkan dalam percakapan dengan HR.
Hampir setengah dari Gen-Z melaporkan menyembunyikan tantangan kesehatan mental, kebiasaan perawatan diri, atau pengalaman masa lalu untuk memproyeksikan citra profesional yang kuat sehingga mereka lebih mudah dipromosikan. Katz melihat tatapan Gen-Z sebagai respons perlindungan diri terhadap norma-norma tempat kerja yang dapat terasa menuntut secara emosional.
Studi ini juga menjelaskan Gen Z dan Milenial diam-diam menilai pekerjaan sebagai keputusan strategis yang bertujuan meningkatkan kemungkinan mereka mendapatkan promosi, kenaikan gaji, dan bonus, mendapatkan ulasan akhir tahun yang lebih baik, menghindari diskriminasi, dan mendapatkan penerimaan sosial.
Sementara, Katz menekankan ini lebih dari sekadar ketidaknyamanan.
"Ini adalah energi yang terbuang untuk mengelola persepsi alih-alih hadir, kreatif, dan terlibat sepenuhnya," katanya.
"Seiring waktu, hal itu menguras kinerja, memperlambat pertumbuhan, dan mengikis kepercayaan diri. Bagi banyak orang, hal ini tidak hanya melelahkan. Ini tidak berkelanjutan," imbuhnya.
Dampak Quiet Covering
Studi Hu-X x Hi-Bob menunjukkan 7 konsekuensi dari quiet covering di kalangan Gen-Z:
1. Menyebabkan stres sedang hingga berat (64%)
2. Mengurangi produktivitas dan efisiensi (54%)
3. Menghambat perkembangan karier (40%)
4. Mengurangi keterlibatan (56%)
5. Berdampak pada kehidupan di luar pekerjaan (43%)
6. Membatasi kreativitas dan inovasi (55%)
7. Menurunkan kinerja (47%).
Studi kedua dari PR Newswire menunjukkan karyawan Gen-Z menggunakan perangkat AI untuk mempercepat tugas-tugas seperti meringkas notulen rapat, membuat kode, dan bertukar pikiran untuk berkolaborasi lebih efisien, tetapi mereka sering melakukannya secara diam-diam, tanpa memberi tahu manajer mereka.
Para peneliti menduga Gen-Z terus membahas penggunaan AI karena takut kehilangan pekerjaan. Empat puluh tujuh persen karyawan Gen Z dan Milenial khawatir AI dapat menggantikan pekerjaan mereka.
Sebanyak 30% lainnya dari generasi tersebut tidak familiar dengan kebijakan AI perusahaan. Enam puluh tiga persen responden survei melaporkan penggunaan aplikasi atau perangkat lunak pribadi untuk keperluan pekerjaan. Para peneliti menyimpulkan hal ini dapat menimbulkan risiko keamanan yang signifikan bagi organisasi.