Asyiknya Naik Sampan Sambil Menikmati Ubi Menggalo di Sungai Batang Mandau Desa Balai Pungut Nan Sarat Sejarah

Tak hanya rasanya yang enak, kata Erwin, ubi Menggalo juga punya banyak khasiat. "Di antaranya, menjaga gula darah dan kolesterol stabil. Bahkan juga bisa meningkatkan imunitas. Saya sendiri sejak kecil jarang sakit," jelas Erwin.

Asyiknya Naik Sampan Sambil Menikmati Ubi Menggalo di Sungai Batang Mandau Desa Balai Pungut Nan Sarat Sejarah
OBJEK WISATA - Perahu yang mengangkut wisatawan yang sedang menyusuri sungai Batang Mandau, Desa Balai Pungut, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, berpapasan dengan perahu nelayan pencari ikan, Rabu (8/10/2025). FOTO: Harismanto/Wartasuluh.com

WARTASULUH.COM, BENGKALIS - Erwin tampak semringah pagi itu, saat menyambut kedatangan rombongan wisatawan dari Kota Pekanbaru dan Kabupaten Siak yang berkunjung ke Desa Balai Pungut, Rabu (8/10/2025). Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Balai Pungut berusia 37 tahun itu dengan antusias menjelaskan apa saja objek wisata yang terdapat di desa tertua di Kabupaten Bengkalis itu.

Desa yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Siak itu adalah pusat pemerintahan Kecamatan Pinggir, yang dilingkari aliran sungai Batang Mandau. Pada tahun 1932, sungai itu menjadi jalur transportasi andalan PT Caltex Pasifik Indonesia untuk membawa pekerja dan peralatan tambang minyak, menuju wilayah-wilayah operasional. 

JEJAK SEJARAH - Seorang pengunjung berfoto di depan Tugu Nasi Kunyit Panggar Telor, jejak sejarah pelabuhan Caltex di Desa Balai Pungut, Rabu (8/10/2025). FOTO: Harismanto/Wartasuluh.com

Jejak sejarah pelabuhan Caltex di desa seluas 6 km² itu ditandai dengan Tugu Nasi Kunyit Panggar Telor. "Supaya sejarah itu jangan hilang, kami meminta dibuatkan semacam tugu," ungkap Madrun, Direktur Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Balai Pungut.

Selain itu, sungai Batang Mandau juga digunakan oleh masyarakat desa sebagai jalur transportasi serta mencari ikan Baung, Toman, dan Selais bagi warga yang berprofesi sebagai nelayan. "Saya masih ingat waktu kecil, setiap sore mandi-mandi di tepian Batang Mandau ini bersama kawan-kawan. Usai mandi, kami naik sampan sambil makan nasi yang sudah ditaburi Ubi Menggalo. Sedap betul rasanya. Apalagi dtambah ikan Selais," kenang Erwin.

Tak hanya rasanya yang enak, kata Erwin, ubi Menggalo juga punya banyak khasiat. "Di antaranya, menjaga gula darah dan kolesterol stabil. Bahkan juga bisa meningkatkan imunitas. Saya sendiri sejak kecil jarang sakit," jelas Erwin.

MAKANAN TRADISIONAL - Seorang anggota Pokdarwis Desa Balai Pungut menunjukkan ubi Menggalo, makanan khas warga setempat, yang sudah dikemas sedemikian rupa, Rabu (8/10/2025). FOTO: Harismanto/Wartasuluh.com

Ubi Menggalo adalah makanan khas masyarakat Melayu di sekitar wilayah Bengkalis. Terbuat dari ubi beracun yang diperas airnya hingga kering, dijemur hingga disangrai, makanan ini menjadi teman nasi sejak zaman dahulu.

"Bupati Bengkalis Kasmarni, maupun suaminya yang juga mantan bupati, Amril Mukmini, sangat suka makan ubi Menggalo. Kalau sedang berkunjung ke sini, pasti minta ubi Menggalo," ungkap Bajrun (60), tokoh masyarakat Desa Balai Pungut.

Bahkan, pada beberapa kesempatan, Bupati Bengkalis Kasmarni mengaku sering berkunjung ke Desa Balai Pungut. "Saya juga sering ke sini. Kami pergi mancing, sengaja tidak memberi tahu Kepala Desa dan masyarakat. Saya ingin desa ini bisa terkenal. Kami ingin desa ini perekonomiannya semakin meningkat," ungkap Kasmarni.

Oleh karena itu, Muhammad Wildan, Officer PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) mengaku akan menjadikan ubi Menggalo sebagai satu di antara menu andalan untuk wisatawan yang berkunjung ke objek wisata tepian Batang Mandau. Selain itu, untuk mengembangkan potensi wisata Desa Balai Pungut, PHR telah memberikan bantuan berupa tiga unit sampan, delapan set alat pancing, 10 dayung, dan 10 pelampung.

"Dalam program Desa Wisata dan Desa Kreatif PHR 2025, kita juga concern dengan Gastronomi. Di antaranya, aneka menu masakan ikan khas sungai Batang Mandau dan ubi Menggalo yang akan kita kembangkan nantinya pelatihan pengemasan dan pemasaran," jelas Wildan.

Dalam program Desa Wisata dan Desa Kreatif PHR 2025 di Desa Balai Pungut itu, PHR bekerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Muhammadiyah Riau (LPPM UMRI). DR Delovita Ginting selaku PIC desa wisata Desa Balai Pungut, menyebut UMRI bertanggungjawab, tak hanya menjalankan program secara seremonial tapi juga berbasis data, dengan menggaet Desa Wisata Institut untuk menyusun Rencana Induk Pariwisata Desa sebagai acuan.

MUSYAWARAH ADAT - Pengunjung Desa Wisata Balai Pungut sedang memasuki Rumah Adat Melayu Selaso Jatuh Kembar, Rabu (8/10/2025). Rumah adat ini digunakan untuk musyawarah adat dan acara pernikahan. FOTO: Harismanto/Wartasuluh.com

Program pendampingan dilakukan secara bertahap dan menyeluruh dengan pemetaan dan pendataan. "Ada potensi alam dan sejarah di desa ini. Ada makam tokoh Islam, rumah adat kembar, dan semua itu sudah masuk anggaran desa karena desa wisata harus berdiri secara mandiri. Untuk itu, kita melibatkan Pemdes, Bumdes, LAM, Pokdarwis, PKK, Karang Taruna, dan Kelompok Usaha Tani Lokal. Hasilnya, dari kegiatan pacu sampan, lomba memancing dan lainnya, telah menghasilkan pendapatan UMKM hingga 1 juta sekali event. Pokdarwis dapat Rp800 ribu per hari dari parkir dan masyarakat juga dapat manfaat lainnya," jelas Delovita.

Oleh karena itu, Penjabat Kepala Desa Balai Pungut Aisyah, mengucapkan terimakasih kepada PHR karena CSR yang diberikan sangat bermanfaat dalam mengembangkan objek wisata Tepian Batang Mandau, serta meningkatkan UMKM.

"Ada kegiatan pacu sampan pada November, lomba memancing. Pacu sampan samgat dminati, desa lain juga berminat. Tak melihat jumlah hadiah, karena sungai dan sampan hanya ada di Balai Pungut. Karena dapat bantuan tiga unit sampan dari PHR. Selain UMKM, pengunjung juga luar biasa, umumnya dari Kecamatan Pinggir. Di hari libur, banyak yang datang warga daerah lain memancing. Kami berharap ke depan, CSR itu berupa fisik sarana dan prasana yang mendukung banyak wisatawan ke tepian Batahg Mandau," kata Aisyah.

HANYA PARKIR - Untuk masuk ke wisata Tepian Batang Mandau, gratis. Pengunjung hanya dikenakan biaya parkir dengan nominal Rp2.000 untuk sepeda motor dan Rp5.000 untuk mobil. FOTO: Harismanto/Wartasuluh.com

Di objek wisata tepian Batang Mandau tersedia sampan yang siap mengantar wisatawan menelusuri jejak pelabuhan Caltex, dengan biaya Rp10.000 per orang. Tersedia juga alat keamanan berupa pelampung gratis, WC umum, pendopo, tempat sampah, dan gazebo tempat bersantai bersama keluarga.

Selain wisata sungai dan sejarah, di Desa Balai Pungut juga terdapat Rumah Adat Melayu Selaso Jatuh Kembar. Rumah adat yang sudah 10 tahun berdiri itu digunakan untuk musyawarah adat dan acara pernikahan. "Dulu ada bangunan aslinya dari kayu, namun sudah lapuk dan hancur. Kemudian, dibuatkan bangunan baru yang biaya perawatannya ditanggung oleh pihak kecamatan," ungkap Madrun yang juga Ketua MKA LAM Desa Balai Pungut.

ULAMA ISLAM - Wisatawan sedang mengunjungi makam Tuan Syekh Imam Sabar H Al-Kholidi Naqsyabandi, , Rabu (8/10/2025), ulama yang membawa ajaran agama Islam ke daratan Mandau. FOTO: Harismanto/Wartasuluh.com  

Kemudian, juga ada makam Tuan Syekh Imam Sabar H Al-Kholidi Naqsyabandi, ulama yang membawa ajaran agama Islam ke daratan Mandau. "Ulama yang sangat bersahaja dan karismatik pada masanya itu ditujuk oleh Sultan Siak Sultan Syarif Kasim II. Setelah wafat, Imam Sabar digantikan oleh Syech H Usman, lalu digantikan oleh Syech H Zakaria di Kandis hingga Syech H Abdulrahman yang merupakan bapak saya," jelas keturunan ulama Mandau itu.

Desa Balai Pungut memiliki banyak potensi wisata yang bisa dikembangkan. Mulai dari wisata alam, sejarah, budaya, religi, hingga wisata sungai. Strategi pengembangan objek wisata Tepian Batang Mandau pun sudah dilakukan dengan baik untuk meningkatkan daya tarik wisatawan, dengan mengembangkan aksesibilitas, menambah fasilitas pendukung dan bekerja sama dengan pemerintah serta swasta. Semoga desa wisata ini kian terkenal dan semakin bertambah banyak wisatawan yang mengunjungi. (harismanto)