Siswa SDN 002 Kampar Terpaksa Lima Tahun Belajar di Ruang Bekas Toilet, Ini Penyebabnya

Siswa SD Negeri 002 Kampar terpaksa lima tahun belajar di ruang bekas toilet. Dari 223 siswa sekolah di Desa Tanjung, Kecamatan Koto Kampar Hulu, Kabupaten Kampar itu, sebanyak 18 orang terpaksa belajar di bangunan tak layak pakai dengan atap berkarat dan mulai keropos.

Siswa SDN 002 Kampar Terpaksa Lima Tahun Belajar di Ruang Bekas Toilet, Ini Penyebabnya
Siswa SD Negeri 002 Kampar terpaksa lima tahun belajar di ruang bekas toilet. Dari 223 siswa sekolah di Desa Tanjung Kecamatan Koto Kampar Hulu, Kabupaten Kampar itu, sebanyak 18 orang terpaksa belajar di bangunan tak layak pakai dengan atap berkarat dan mulai keropos. FOTO: Media Center Riau

WARTASULUH.COM, KAMPAR - Siswa SD Negeri 002 Kampar terpaksa lima tahun belajar di ruang bekas toilet. Dari 223 siswa sekolah di Desa Tanjung Kecamatan Koto Kampar Hulu, Kabupaten Kampar itu, sebanyak 18 orang terpaksa belajar di bangunan tak layak pakai dengan atap berkarat dan mulai keropos.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala SDN 002 Tanjung Apriwardi menyebutkan, bangunan bekas toilet itu sudah lama digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.

"Iya Pak. Anak-anak belajar di ruangan bekas toilet itu sejak lima tahun lalu. Ruangan itu dipakai siswa kelas satu," ujar Apriwadi, Kamis (13/6/2024).

Apriwadi mengatakan, bangunan yang jauh dari kata layak tersebut terpaksa diisi sebanyak 18 orang murid. Sebab, tak ada lagi ruangan lain yang bisa dimanfaatkan untuk belajar anak-anak.

"Secara keseluruhan, SDN 002 ini ada 9 kelas, jumlah siswanya sebanyak 223 orang. Tapi karena kekurangan ruangan, jadi terpaksa [ruang] bekas toilet dijadikan tempat belajar anak-anak sebanyak 18 siswa," jelasnya.

Apriwadi menyampaikan dulunya bangunan bekas toilet berukuran 4x6 berdinding beton itu dijadikan gudang. Namun, kini disulap menjadi tempat belajar belasan murid, karena kekurangan kelas.

Tak hanya itu, sebanyak 22 guru yang mengajar juga tidak memiliki ruangan, karena dimanfaatkan untuk dijadikan ruangan kelas. Para guru terpaksa menempati perpustakaan yang sempit.

"Untuk jumlah guru di sini ada 22 orang. Sekarang ruangan guru dipakai untuk belajar anak-anak, jadi ruangan kami di pustaka, ukurannya juga sempit," terang Apriwardi.

Mirisnya, sebelumnya pihak sekolah sudah mengajukan proposal ke Dinas Pendidikan Pemkab Kampar untuk penambahan ruang kelas. Namun, sudah bertahun-tahun permintaan sekolah tak kunjung dikabulkan.

"Proposal ke Disdik sudah kita ajukan pada tahun 2022, untuk penambahan ruang kelas. Waktu itu orang dinas sudah datang meninjau. Katanya sudah oke, tapi entah apa masalahnya sampai sekarang tak ada hasil," keluh Apriwardi.

Apriwadi berharap kepada pemerintah agar dapat menambah ruang belajar murid. Termasuk ruangan guru agar perpustakaan juga bisa kembali.

"Harapan kami kepada pemerintah agar tahun ini dapat menambah ruang kelas murid dan ruangan untuk guru," kata Apriwardi. 

Menanggapi masalah ini, Penjabat (Pj) Gubernur Riau SF Hariyanto mengaku prihatin dan meminta Pj Bupati Kampar Hambali untuk cek ke lokasi.

"Kita prihatin, maka nanti kita minta Pj Bupati Kampar untuk cek kondisi tersebut," kata SF Hariyanto.

Selain itu, SF Hariyanto meminta Dinas Pendidikan Provinsi Riau berkoordinasi dengan Pemkab setempat. Mengingat, sekolah dasar adalah kewenangan kabupaten Kampar.

"Disdik nanti koordinasi dengan Pemda dan Disdik setempat," kataHariyanto.

Selain itu, Pj Gubri mengaku menerima laporan adanya sekolan SD di Rantau Kasih tanpa dinding. Ia juga meminta ada bantuan dari CSR perusahaan agar sekolah itu dapat dibangun.

"Ada juga SD tanpa dinding di Rantau Kasih saya usahakan CSR dari perusahaan untuk membangun," kata SF. (nis)