Wajibkan Anak Mandi Sepulang Sekolah, Nomi: Mencegah Lebih Baik Daripada Mengobati

Pemberlakuan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas di Pekanbaru disikapi beraneka ragam orangtua

Wajibkan Anak Mandi Sepulang Sekolah, Nomi: Mencegah Lebih Baik Daripada Mengobati
Pembelajaran Tatap Muka terbatas di SDN 083 Pekanbaru. Seluruh warga sekolah wajib menerapkan Prokes. (Sri)

WARTASULUH.COM, PEKANBARU - Penerapan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Pekanbaru yang sudah berlangsung dua pekan ini disikapi orang tua dengan lebih ekstra ketat menjaga kebersihan anak-anaknya. Salah satunya mewajibkan anaknya mandi dan membersihkan diri setiap pulang sekolah.

"Sejak PTM, begitu anak pulang langsung saya suruh membersihkan diri dan mandi. Baju sekolah yang dikenakan langsung masuk mesin cuci," kata Nomi warga Jalan Singgalang, Kecamatan Tanayan Raya, Pekanbaru, Jumat (23/9/2021).

Sikap ekstrem Nomi itu diakuinya untuk mengantisipasi keluarganya dari paparan Covid-19. Karena dirinya meyakini, di luaran masih banyak masyarakat yang terpapar Covid-19 baik yang bergejala maupun tak bergejala.

"Sekarang ini Covid-19 sudah berada di lingkungan terdekat kita. Bisa sahabat, saudara, bahkan mungkin orang yang tidak kita sangka-sangka. Makanya kita perlu mentamengi diri dengan prilaku hidup sehat. Mencegah lebih baik daripada mengobati," tutur Nomi mengutip pribahasa bijak.

Lebih lanjut wanita paruh baya yang memiliki 3 orang anak usia sekolah, Nomi mengaku PKM membuat dirinya harus siap materi maupun non materi. Selain membiasakan pola hidup bersih di rumah, dirinya juga setiap hari harus menyiapkan bekal makanan untuk dibawa anaknya sekolah. "Anak-anak tidak saya bolehkan jajan di luar selama sekolah. Kantin sekolah juga tutup. Jadi setiap hari saya menyiapkan bekal makan anak untuk dibawa ke sekolah," ungkapnya.

Tak itu saja, Nomi juga masih membekali anaknya dengan masker lebih dari satu dan juga hand sanitizer. Mewanti-wanti anaknya untuk sering mencuci tangan di sekolah.

Selain itu, sejak PKM, Nomi juga harus bijak memenej waktu. Pasalnya dua dari tiga orang anaknya harus diantar jemput. 

"Dua anak saya masih SMP. Harus siap antar jemput. Biasanya saya gunakan ojek online, sekarang tidak mau lagi. Jadi saya memang harus rela wara-wiri antar jemput anak," tutur Nomi.

Semua itu dilakoni Nomi dengan penuh keikhlasan. Karena dia sangat mendukung PKM yang mulai diberlakukan pemerintah. 

"Penyerapan ilmu anak lebih maksimal bila dilakukan tatap muka," tegas Nomi. 

Di sisi lain, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Riau, Zul Ikram, Jumat (24/9/2021) menyebutkan untuk mengantisipasi kluster sekolah seperti yang sudah terjadi di Pulau Jawa pihaknya sudah mengingatkan satuan pendidikan untuk memperketat protokol kesehatan selama proses belajar mengajar. 

"Kita juga sudah minta warga sekolah untuk taat azas protokol kesehatan. Kemudian sekolah harus mengingatkan orang tua untuk memonitor anak-anaknya. Karena setelah siswa pulang sekolah itu kita tidak bisa mendeteksi keberadaan siswa. Untuk itu perlu peran orang tua mengawasi anaknya, sebab kita khawatir penularan terjadi di luar sekolah," sebutnya. 

"Itu perlu kita ingatkan, agar tidak terjadi klaster sekolah. Makanya kita harus taat azas, protokol kesehatan jangan kendor dan abai," tutupnya. (Sri)