Wagubri: Konversi Bank Riau Kepri Jadi Bank Riau Kepri Syariah Adalah Legacy Syamsuar-Edy Natar Nasution

Wakil Gubernur Riau (Wagubri), Brigjen TNI (purn) Edy Natar Nasution mengatakan, konversi Bank Riau Kepri jadi Bank Riau Kepri Syariah adalah legacy (warisan) kepemimpinan Syamsuar-Edy Natar Nasution sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Riau Periode 2019-2024.

Wagubri: Konversi Bank Riau Kepri Jadi Bank Riau Kepri Syariah Adalah Legacy Syamsuar-Edy Natar Nasution
Wakil Gubernur Riau (Wagubri), Brigjen TNI (purn) Edy Natar Nasution mengatakan, konversi Bank Riau Kepri Jadi Bank Riau Kepri Syariah adalah legacy (warisan) kepemimpinan Syamsuar-Edy Natar Nasution sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Riau Periode 2019-2024. FOTO: Diskominfotiks Riau

WARTASULUH.COM, PEKANBARU - Wakil Gubernur Riau (Wagubri), Brigjen TNI (purn) Edy Natar Nasution mengatakan, konversi Bank Riau Kepri jadi Bank Riau Kepri Syariah adalah legacy (warisan) kepemimpinan Syamsuar-Edy Natar Nasution sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Riau Periode 2019-2024.

Hal itu disampaikan Wagubri saat pelepasan masa tugas Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar, Kamis (2/11/2023) di Gedung Daerah Pekanbaru. Syamsuar mengakhiri masa tugas lebih awal karena maju sebagai Caleg DPR RI Partai Golkar dari Daerah Pemiluhan (Dapil) Riau.

“Saya pernah ditanya oleh seorang tokoh beberapa waktu yang lalu, bahwa apa legacy untuk Riau yang sudah ada saat ini. Saya menangkap pada saat itu, legacy yang dimaksudkan itu adalah selalu dalam bentuk bangunan fisik monumental. Saya sampaikan kepada beliau, apakah konversi Bank Riau Kepri menjadi bank syariah yang sudah dilakukan Pak Syamsuar dalam kepemimpinannya bersama saya di Provinsi Riau, apakah itu bukan suatu legacy. Itulah merupakan suatu legacy,” ungkap Edy Natar Nasution.

Dijelaskannya, dari 6,7 juta jiwa masyarakat Riau, 87,11 persen adalah umat muslim. Menurutnya, masyarakat yang beragama Islam tentunya sangat membutuhkan bank syariah. Tetapi ada hal menarik, Syamsuar pada masa jabatannya menjadi Gubernur tidak pernah menyombongkan tentang itu.

“Umat muslim itu membutuhkan bank yang syariah, karena itu agama menuntun demikian. Apakah itu bukan sebuah legacy yang beliau tinggalkan? tetapi beliau tidak pernah mengatakan itu, tidak pernah membangga-banggakan itu,” jelasnya.

Tak cukup sampai di situ, ia menerangkan pada awal masa kepemimpinan Syamsuar dan dirinya indeks toleransi agama di provinsi Riau tergolong rendah. Namun, seiring berjalannya waktu indeks tersebut semakin meningkat. Sehingga membuat Riau sebagai daerah yang memiliki tingkat toleransi tinggi.

“Ketika beliau bersama saya baru duduk menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur, pemerintah pusat itu membuat penilaian indeks toleransi beragama di provinsi Riau ini berada 3 besar terbawah. Hari ini kita berada di nomor 16 besar dari 38 provinsi,” terangnya.

“Apakah ini bukan sebuah legecy ketika beliau mampu memperlihatkan kepada nasional bahwa indeks toleransi beragama di Riau ini tidak seperti yang mereka duga selama ini. Apa yang sudah kita lakukan tokoh-tokoh FKUB itu ada di sini semua dan itu diakui sampai saat ini,” lanjutnya.

Diungkapkan, dari dulu kita berada di tiga terbawah, hari ini berada pada 16 besar tentu m itu menjadi sebuah legacy yang sangat berarti. Tetapi kita sering kali melihat legacy itu dalam bentuk sebuah bangunan fisik yang monumental.

“Padahal hal-hal yang seperti ini adalah kita meninggalkan sebuah sesuatu yang sangat luar biasa. Rasanya ini menjadi satu yang tidak bisa kita abaikan begitu saja,” pungkasnya. 

Dikatakannya, bahwa selama 4 tahun 8 bulan 14 hari  mendampingi Syamsuar, banyak sekali pelajaran yang diambilnya terutama dalam hal kepemimpinan. Bahkan, saking akrabnya sudah seperti abang dan adik.

“Saya terus terang banyak mengambil pengalaman tentang kepemimpinan dari beliau. Saya sering mengatakan di dalam berbagai forum saya tidak pernah memanggil beliau Gubernur, karena saya memanggil beliau selama ini tetap abang di manapun. Begitupun beliau memanggil saya tentunya Adinda,” katanya. 

Menurutnya, panggilan abang tersebut merupakan bentuk kasih sayangnya terhadap Syamsuar. Karena kalau ia memanggil Gubernur panggilan itu hanya sebatas 5 tahun saja, tetapi ketika memanggil beliau abang itu lahir dari hatinya. 

“Sampai kapanpun saya akan memanggil beliau abang. Sehingga itulah yang selalu saya lakukan,” lanjutnya.

Diterangkan, banyak sekali tunjuk ajar yang didapat dapatkan dari sosok Syamsuar termasuk orang yang sangat tidak anti kritik. Walaupun Wagubri, terkadang sering menyampaikan pesan yang cukup keras dan tegas.

“Karena rasa sayang saya kepada beliau. Tetapi beliau tidak pernah menunjukkan sikap ketidaksukaannya kepada saya. Sampai hari ini saya rasakan itu. Malam ini saya buktikan saya berhasil bersama-sama beliau. Bersama sampai akhir jabatannya malam ini saya buktikan itu,” terangnya.

Diungkapkan, pengalaman yang didapatkan selama ini ada juga dengan segala kekurangan  Wagubri punya, tetapi itulah maksud tulus dari hati untuk mendampingi beliau. Karena ia yakin, kalau tidak ada yang mengingatkan terus siapa lagi yang akan mengingatkannya.

“Karena itulah saya banyak mengambil pengalaman kepemimpinan dari beliau selama melaksanakan tugas. Apapun yang saya lakukan selama ini, beliau tetap menganggap saya sebagai adiknya itu juga lah yang saya pelihara sampai hari ini sehingga kepemimpinan beliau ini menurut saya banyak hal yang bisa saya tarik,” ungkapnya. (kha)