Peserta Musabaqah Qiraatil Kutub Diajak Ziarah ke Makam Syekh Jamaluddin al-Akbar Penyiar Islam di Wajo

Peserta Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Nasional ke-8 dan MQK Internasional ke-1 di Macanang, Wajo, Sulawesi Selatan, diajak ziarah ke makam Syekh Jamaluddin al-Akbar al-Husein di kompleks Masjid Tua Tosora.

Peserta Musabaqah Qiraatil Kutub Diajak Ziarah ke Makam Syekh Jamaluddin al-Akbar Penyiar Islam di Wajo
Peserta Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Nasional ke-8 dan MQK Internasional ke-1 di Macanang, Wajo, Sulawesi Selatan, diajak ziarah ke makam Syekh Jamaluddin al-Akbar al-Husein di kompleks Masjid Tua Tosora. FOTO: Kemenag

WARTASULUH.COM, WAJO - Peserta Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Nasional ke-8 dan MQK Internasional ke-1 di Macanang, Wajo, Sulawesi Selatan, diajak ziarah ke makam Syekh Jamaluddin al-Akbar al-Husein di kompleks Masjid Tua Tosora.

Makam Syekh Jamaluddin al-Akbar yang berada di sisi sebelah barat Masjid Tua Tosora itu memiliki nilai historis yang tinggi. 

Berdasarkan catatan lontara, masjid ini didirikan pada masa pemerintahan Arung Matoa Wajo ke-15 hingga 17, Alindrungi, sekitar tahun 1621.

Dalam catatan tersebut, upacara selamatan pendirian masjid dihadiri sejumlah raja dari kerajaan besar di Sulawesi Selatan, antara lain Raja Gowa, Raja Tallo, Raja Soppeng, dan Raja Bone. Sebelum itu, sekitar tahun 1610, Islam mulai menjadi agama resmi Kerajaan Wajo.

“Arung Matoa Wajo ke-12, Sultan Abdurrahman, mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan Abdul Khatib Sulaiman Datuk Sulung dan Datuk Patimang. Peristiwa bersejarah itu terjadi pada 15 Safar 1019 H, bertepatan dengan 16 Mei 1610 M,” bunyi tulisan di samping papan nama masjid tua.

Masjid Tua Tosora dibangun di atas tanah berbukit dengan bentuk persegi panjang dan mihrab di sisi barat. Lokasi masjid berada di ketinggian 630,6 meter di atas permukaan laut dengan luas 1.231 m². Material pembangunannya menggunakan kapur, batuan bercampur fosil kerang, pasir, serta batu merah dengan perekat dari putih telur dan kapur berwarna cokelat kekuningan.

Syekh Jamaluddin al-Akbar al-Husein yang dimakamkan di kompleks ini dikenal sebagai salah satu ulama besar yang berperan penting dalam penyebaran Islam di Sulsel. Makam tokoh asal Samarkand, Uzbekistan ini berada di Cagar Budaya Masjid Tua Tosora yang berada di Kecamatan Majauleng, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.

Abdul Aziz, seorang peziarah, mengaku tertarik untuk melaksanakan arahan Menag. Bersama istri dan koleganya di madrasah, ia menziarahi ulama penyiar agama Islam di Wajo itu untuk memperkuat semangat dan spiritualitas.

“Saya langsung laksanakan arahan Bapak Menag KH Nasaruddin Umar. Selain sebagai ASN, kami juga mengidolakan beliau yang kharismanya luar biasa,” ungkap Kepala Seksi Madrasah Kemenag Wajo ini.

Pantauan di lokasi, sejumlah peziarah tampak khusyuk berdoa di pusara Syekh Jamaluddin al-Akbar al-Husein. 

Rombongan dari Sulawesi Barat itu juga berziarah usai gelaran MQK di Pesantren As’adiyah Macanang, Wajo. (kha)