Studi: Makan Kentang Goreng 3 Kali Seminggu Tingkatkan Risiko Diabetes Tipe 2

WARTASULUH.COM- Menonton serial favorit sering kali ditemani camilan gurih, dan salah satu pilihan paling populer adalah kentang goreng. Camilan ini disukai karena mudah dibuat, cepat saji, serta punya rasa gurih dan tekstur renyah. Selain saat menonton, kentang goreng juga kerap hadir sebagai pelengkap berbagai aktivitas lain. Namun, sebuah studi terbaru mengungkap bahwa sering mengonsumsi kentang goreng dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2.
Dilansir Healthline, penelitian yang dipublikasikan di The British Medical Journal (BMJ) ini menemukan bahwa makan kentang goreng tiga kali atau lebih per minggu dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2 hingga 20 persen dibandingkan mereka yang jarang atau kurang dari sekali seminggu mengonsumsinya.
Temuan ini berasal dari analisis data lebih dari 205.000 orang dewasa di Amerika Serikat selama empat dekade. Hasilnya, kelompok yang sering makan kentang goreng lebih rentan terkena diabetes dibanding kelompok yang jarang mengonsumsinya.
Peningkatan risiko diabetes ini ternyata bukan karena asupan kentang, melainkan dari cara pengolahannya. Secara alami, kentang kaya akan berbagai nutrisi, seperti vitamin C, vitamin B6, serat, dan kalium. Namun, cara pengolahan, terutama yang digoreng dapat mengubah profil nutrisinya.
Nichola Ludlam-Raine, ahli gizi yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menjelaskan bahwa kentang goreng termasuk makanan ultra-olahan tinggi karbohidrat olahan, kalori, dan lemak, terutama dari minyak yang dipanaskan ulang.
“Kentang goreng merupakan salah satu bentuk makanan ultra-proses yang tinggi karbohidrat olahan, lemak (sering kali berasal dari minyak yang tidak sehat karena pemanasan ulang dan penggunaan berulang), serta kalori,” ujar Raine.
Menggoreng kentang, terutama dengan minyak bekas pakai, dapat menghasilkan senyawa berbahaya seperti lemak trans dan advanced glycation end products. Meski kentang secara alami kaya serat, proses penggorengan dapat mengurangi kandungan serat sekaligus meningkatkan respons glikemik.
“Menggoreng kentang meningkatkan kerapatan energinya (kalori per gram) dan sering kali menghasilkan senyawa berbahaya seperti lemak trans atau advanced glycation end products, terutama ketika minyak digunakan kembali,” tambah Raine.
Ia menambahkan, makanan ultra-olahan seperti kentang goreng juga sering mengandung aditif, pengawet, dan minyak olahan yang berpotensi merusak mikrobioma usus, memicu peradangan, dan meningkatkan risiko resistensi insulin.
Meski mengonsumsi kentang goreng sesekali kemungkinan tidak berbahaya, tetap disarankan untuk membatasi asupannya dan memilih makanan utuh bergizi. Alternatif lain adalah mengolah kentang dengan cara yang lebih sehat.
Elizabeth Shaw, ahli gizi yang tidak terlibat dalam studi ini menyarankan untuk memilih cara metode memasak lain. “Sebaiknya pertimbangkan metode memasak jika kentang menjadi bagian harian dalam pola makan kamu, maka sebaiknya pilihlah direbus, dipanggang, dimasak dengan air fryer, atau dipanggang oven dibandingkan digoreng dengan minyak banyak (deep-fried),” tutup Shaw.