India Jadi Raja Gula Dunia, Indonesia Ketinggalan Jauh

India Jadi Raja Gula Dunia, Indonesia Ketinggalan Jauh
India Raja Gula Dunia

WARTASULUH.COM- Gula adalah salah satu industri paling berkembang di India. Dalam kurun 2022-2023 saja produksi gula India mampu mencapai 32,8 juta ton. Dengan besaran angka ini, India sukses menempatkan diri sebagai negara produksi gula terbesar ke-2 di dunia versi Statista. India hanya kalah 4 juta ton saja dari peringkat pertama, yakni Brazil sebesar 38 juta ton.

Angka ini tentu jauh berbeda dengan Indonesia. Dalam paparan Kementerian Pertanian, pada tahun lalu saja produksi gula di Tanah Air hanya 2,4 juta ton. Sedangkan, mengacu pada data Departemen Pertanian Amerika Serikat, konsumsi gula Indonesia mencapai 7,8 juta ton, artinya Indonesia masih harus impor gula besar-besaran termasuk raw sugar dari India.

Laporan Reuters, arus impor terancam akibat India bakal menutup keran ekspor pada Oktober 2023. Alhasil, banyak pihak memprediksi harga gula di Indonesia bakal melonjak. Pada titik inilah, Indonesia harus belajar dari India: bagaimana caranya menjadi raja gula dunia?

Kemandirian

Dalam sejarahnya, industri gula di India berkaitan erat dengan kolonialisme Inggris. Tanaman tebu menjadi komoditas penting pemerintah kolonial karena bisa mendatangkan cuan. Alhasil, pabrik-pabrik gula pun tumbuh untuk mengolah tebu. Kasus seperti ini sebenarnya terjadi juga di Indonesia dan hampir mirip. Meski sama-sama dimulai dari masa kolonialisme, faktanya industri gula Indonesia jauh tertinggal. Bahkan, jika disandingkan dengan geografis sebagai faktor budidaya tanaman tebu, kedua negara juga memiliki kemiripan.

Dahulu di Indonesia ada seorang pengusaha asal Semarang bernama Oei Tiong Ham. Semasa hidupnya (1866-1924), dia sukses menguasai pasar gula dunia dan dijuluki raja gula dunia. Namun, cerita hidupnya hanya sekedar romantisasi masa lalu. Sebab, itu sulit terwujud di masa sekarang.

Kesuksesan India menjadi raja gula dunia disebabkan oleh keberhasilan pemerintah melakukan kemandirian. Dalam paparan S. Solomon dan M. Swapna di "Indian Sugar Industry: Towards Self-reliance for Sustainability" (2022) dituliskan, pemerintah India pasca-kemerdekaan sadar bahwa penduduknya mengonsumsi gula dalam jumlah besar, sehingga dibutuhkan perkembangan industri gula untuk menghindari impor. 

Dalam satu penelitian, dituliskan konsumsi gula negara berpenduduk 1,4 miliar ini mencapai 29 juta ton per tahun. Setiap orang mampu mengonsumsi gula 18 kg per tahun.

Atas dasar inilah, mengutip paparan Organisasi Pangan Dunia (FOA), pemerintah New Delhi berupaya mengontrol aspek-aspek utama industri gula. Mulai dari perizinan pabrik, penetapan harga tebu, distribusi, dan mekanisme penjualan di pasar. Diketahui kontrol ketat ini terjadi sejak tahun 1952. Tujuannya adalah untuk memastikan harga yang adil bagi petani tebu, memastikan keuntungan memadai kepada industri, dan menjamin kewajaran harga kepada konsumen.

Berkat cara ini beberapa tahun kemudian industri gula berkembang pesat. Semula hanya 138 pabrik, lalu melonjak menjadi 400-an. Kini, mengacu pada data Kementerian Makanan dan Konsumen India, terdapat 732 pabrik gula di seluruh India. Dan ini belum menghitung industri skala kecil yang tidak terdeteksi.

Kombinasi teknologi

Meski begitu, peningkatan industri gula juga dibarengi oleh perbaikan di hulu, yakni persoalan kualitas tanaman tebu. Masih mengutip riset S. Solomon dan M. Swapna, diketahui pemerintah India secara serius melakukan penelitian dan pengembangan tanaman tebu. Sama seperti India, tanaman tebu di India juga kerap diserang berbagai penyakit dan hama. Bahkan, masalah pun semakin berat ketika menghadapi krisis iklim.

Pada titik inilah, pemerintah melakukan penelitian khusus guna mencari varietas tebu yang tahan terhadap berbagai masalah tersebut. Tak hanya itu, lembaga penelitian juga berupaya mencari teknik pertanian terbaru untuk menghadapi masalah-masalah tersebut.

Diketahui, negara ini memiliki beberapa organisasi penelitian tebu, antara lain: 1) ICAR-Sugarcane Breeding Institute (ICAR-SBI), 2) Coimbatore (dianggap sebagai tempat lahirnya pemuliaan tebu, 3) ICAR-Indian Institute of Sugarcane Research (ICAR-IISR), 4) Lucknow, 5) Vasantdada Sugar Institute (VSI), 6) Pune (lembaga penelitian yang didanai negara), dan 7) berbagai lembaga riset yang berada di bawah naungan universitas. 

Berkat kombinasi kontrol ketat pemerintah dan pembaharuan teknologi, tak mengherankan apabila tebu dan gula di India sangat produktif dan terjadi peningkatan produksi gula besar-besaran. Bahkan, keberhasilan India menciptakan varietas tebu terbaik berhasil dipuji seluruh dunia. Maka, predikat raja gula dunia pun tak salah disematkan ke negara yang punya banyak kemiripan dengan Indonesia ini.

"Teknologi inovatif dalam sistem produksi tebu dan gula, ketatnya kontrol pemerintah serta ruang lingkup diversifikasi telah menjadikan industri gula India berguna untuk lokal dan global. Bahkan sampai bisa mencapai keberlanjutan dan kemandirian," ungkap S. Solomon dan M. Swapna, peneliti dari ICAR-Indian Institute of Sugarcane Research.