Hati-hati, Jangan Mudah Jatuh Cinta di Dunia Maya

Hati-hati, Jangan Mudah Jatuh Cinta di Dunia Maya
Ilustrasi

WARTASULUH.COM - Kata orang cinta membuat buta. Hampir tak ada rasa ragu. Selain sayang dan rindu.

Begitulah perasaan DLS (26) saat itu. Pesona seorang pria membuatnya tak bisa membedakan. Mana cinta tulus atau hanya mengincar fulus.

Akhirnya, pupuslah mimpi mendapat cinta sejati. Yang terjadi hartanya malah digerogoti.

Berbekal foto pemuda tampan dan mengaku hidup mapan, pria bernama Tama berhasil menipu DLS. Dia membuat DLS jatuh cinta meski hanya bertemu di dunia maya.

Wanita itu dibuat mabuk asmara. Sampai tak sadar uangnya sudah terkuras ratusan juta.

Modus penipuan seperti ini memang marak di dunia maya. Sindikat ini sengaja mengincar akun media sosial wanita karena dianggap mudah diperdaya. Apalagi urusan cinta.

Sindikat ini dikenal dengan istilah scammer cinta. Mereka coba meraup keuntungan dari para korbannya di media sosial yang teperdaya bujuk rayu. Para pelaku bisa individu atau kelompok. Ada yang dari dalam maupun luar negeri.

Dalam aksinya, mereka memanfaatkan media sosial seperti Facebook. Agar korban mudah percaya, mereka memasang foto profil hingga identitas palsu.

Banyaknya wanita yang menjadi korban penipuan berbalut perkenalkan di media sosial menjadi perhatian seorang perwira menengah AKBP Bayu Suseno. Hingga dia menjadikan tema itu sebagai penelitian untuk disertasinya.

Sering kali, katanya, para penipu ini memasang foto polisi berseragam di foto laman utama Facebook mereka. Selain itu, ada pula yang memasang foto seorang pelaut, pramugara, dokter, pegawai bank, artis, dan lain-lain.

Mereka beraksi dari sejumlah daerah di Indonesia. Ada yang di Lampung, Jakarta, Riau, Bandung dan beberapa kota lainnya.

Fakta lainnya yang didapat, pelaku juga ada yang bekerja dari dalam lapas.

"Dia jadi napi karena kasus lain. Begitu jadi napi, dia belajar kejahatan scammer," tutur AKBP Bayu dilansir merdeka.com pekan lalu.

Karena itu, dia juga berharap pihak lapas bekerja sama mengawasi kejahatan ini.

"Salah satu saran rekomendasi adalah perbaikan sistem dalam Lapas. Mulai dari sistem pengawasan, integritas petugas, penambahan alat jammer dan lain-lain. Agar tidak ada lagi peredaran HP di dalam Lapas yang digunakan napi untuk melakukan kejahatan baru," ungkapnya.

Menurutnya, ada beberapa hal yang membuat korban mudah percaya dengan data atau identitas yang disampaikan pelaku lewat akun media sosial. Misalnya ketika ada sebuah akun akun yang memasang foto seseorang berseragam polisi, para korban cenderung percaya sejak pertama kali berkenalan.

"Lemahnya pemahaman masyarakat tentang kejahatan siber di media sosial, masyarakat tidak memahami tentang budaya siber antara lain tentang konstruksi identitas di media sosial, orang bisa menjadi apapun di media sosial, nah masyarakat mengira bahwa akun tersebut benar-benar anggota Polri," kata Bayu.

Selain itu, lemahnya penegakan hukum pada korban kejahatan scammer di media sosial. Ada korban yang sudah melapor tetapi kasusnya belum ditangani.

"Lemahnya penegakan hukum. Para korban kejahatan ini sudah melapor ke kepolisian, namun belum ditangani dengan optimal," ucapnya.

Oleh karena itu, sebagai bentuk perlindungan terhadap masyarakat, dia menyarankan anggota Polri tidak mudah menerima permintaan pertemanan di media sosial. Sebab ditakutkan, ada pihak tak bertanggung jawab mengambil foto anggota tersebut untuk kepentingan tidak baik.

"Para anggota Polri yang memiliki media sosial juga tidak berhati-hati dalam menerima pertemanan, sehingga pada saat ada pelaku yang mengajak berteman melalui medsos, tidak dicek dulu keasliannya, akhirnya foto-foto polisi asli dapat dengan mudah disalahgunakan," imbau Bayu.

Sebab, kata Enda, para pelaku kejahatan di dunia maya coba memanfaatkan berbagai situasi untuk menipu korbannya.

"Jadi apakah itu ya sifatnya seperti ini memanfaatkan orang yang mungkin kesepian atau menawarkan cinta dan lain sebagainya atau juga termasuk hoaks misalnya informasi yang belum tentu benar dan lain sebagainya," katanya.

"Jadi kalau dapat informasi apapun, foto ada orang chatting jangan percaya dulu informasi yang ada. Kedua adalah coba mintakan pendapat ke temen dan keluarga kalau ada yang aneh-aneh. Ada yang minta uanglah, ada yang mau ajak kenalan. Konsultasikan aja, tanyain sama temen dan keluarga, boleh kan," ungkapnya.

Selanjutnya, cari informasi sebanyak mungkin atas apa yang diterimanya. Seperti jika ada seseorang yang mengaku sebagai TNI, Polri, PNS dan lainnya.

"Kalau dia misalnya PNS, ABRI, Polisi, kan kalau cuma pakai baju doang sih orang juga bisa beli baju ya, banyak kasus penipuan seperti itu. Nah coba ada bukti yang lain enggak misalnya dia lagi bertugas, lagi apa, ada temen-temen dinasnya yang lainnya atau yang paling gampang ya ketemu langsung," jelasnya.

"Misalnya ketemu langsung di tempat yang aman atau ditemani dengan keluarga dan teman yang lain gitu," sambungnya.

Lalu yang terakhir, kita harus curiga terhadap orang yang baru kita kenal tersebut apabila orang itu meminta uang dengan berbagai alasan seperti sakit atau ada kebutuhan segala macam.

"Maka sudah sewajarnya kita curiga gitu, sedangkan orang yang sudah lama saja kalau ada permintaan uang dan segala macem pasti kita lebih hati-hati. Apalagi ini ada yang baru ketemu dan ketemuannya juga hanya kenal di sosial media gitu," tutup Enda. (Lis)