Seberapa Parah Efek Gas Air Mata ke Tubuh Kita?

WARTASULUH.COM- Selain semprotan water cannon, tembakan gas air mata kerap digunakan dalam upaya memukul mundur massa demonstran saat kericuhan terjadi. Kandungan zat kimia di dalam gas air mata dianggap ampuh karena memberi efek cukup signifikan dalam mengurai massa.
Kepolisian menembakkan gas air mata saat membubarkan dan mengurai massa demo di DPR, Senayan, Pejompongan, protes terlindasnya pengemudi ojol di Mako Brimob Polda Metro Jaya di Jalan Usman Harun, Kwitang hingga Jalan Otista III, Jakarta Timur.
Rangkaian demo terjadi dan berlangsung sejak 25 Agustus 2025 yang memprotes tunjangan besar untuk para anggota DPR.
Gas air mata sendiri banyak digunakan di seluruh dunia, mulai dari Amerika Serikat, Indonesia, sampai Mesir. Lantas apa itu gas air mata? Apa efeknya bagi tubuh?
Para ahli telah sepakat bahwa pada umumnya gas air mata dapat menimbulkan beberapa efek buruk terhadap kesehatan, seperti mata menjadi terasa panas dan berair, kesulitan bernapas, nyeri dada, air liur berlebihan hingga iritasi kulit dan muntah-muntah.
Gejala-gejala itu mulai terasa setelah seseorang terpapar gas air mata selama 20 hingga 30 detik dan akan mereda setelah 10 menit kemudian. Itupun jika mereka buru-buru menghirup udara segar, demikian menurut Neil Gibson, seorang analis IHS Janes’s, perusahaan publikasi mengenai intelijen dan keamanan.
Gas air mata lebih rentan menimbulkan efek yang lebih berbahaya ketika orang yang sudah terpapar melakukan aktivitas fisik yang berat seperti berlari. Padahal, para demonstran biasanya akan berlarian ketika diserang tembakan gas air mata. Paparan gas air mata yang dibarengi aktivitas fisik yang berat bisa menyebabkan seseorang mengalami batuk darah.
Sven-Eric Jordt, ahli anestesi di Duke University, Amerika Serikat, pernah menjelaskan efek dari gas air mata. Ia mengatakan bahwa gas air mata bisa menyebabkan rasa sakit yang membakar pada mata, kulit, paru-paru, dan mulut, atau pada bagian tubuh mana pun yang gas itu sentuh.
"Efeknya bisa sangat luar biasa dan melumpuhkan. Anda bisa dipaksa untuk menutup mata dan tidak bisa membukanya," ujar Jordt kepada Scientific American.
Jordt telah mempelajari gas air mata selama lebih dari 10 tahun. Ia berpendapat bahwa sebutan gas air mata kurang tepat. Menurut Jordt, gas air mata sebenarnya adalah bubuk yang mengembang ke udara dan menjadi semacam kabut halus.
"Saya menganggap gas air mata sebagai gas menyakitkan," kata Jordt.
"Ini karena gas air mata secara langsung mengaktifkan reseptor rasa sakit," lanjut dia.
Jordt menjelaskan bahwa pada setiap gas air mata ada agen senyawa kimia yang mengaktifkan satu di antara dua reseptor rasa sakit. Reseptor itu adalah TRPA1 atau TRPV1.
Yang paling umum digunakan dalam gas air mata adalah agen senyawa yang mengaktifkan TRPA1. Di antaranya adalah berupa senyawa kimia yang disebut 2-chlorobenzalmalononitrile atau CS gas. Senyawa ini biasa digunakan sebagai gas air mata di AS. Senyawa ini mengandung klorin. Ia bisa menyebar ke udara bebas sebagai partikulat halus.
"Mereka bisa terdeposit pada kulit dan bisa bertahan lumayan lama sambil memberi efek membakar," kata Jordt.
"Secara kimia mereka bereaksi dengan biomolekul dan protein di tubuh manusia. Ini yang menyebabkan sensasi terbakar," lanjut Jordt.
Senyawa gas air mata ini tidak menyebabkan kematian. Namun begitu, gas ini bisa menyebabkan rasa sakit yang mengganggu, bahkan bisa menyebabkan pingsan.
Rohini Haar, peneliti ilmu kesehatan masyarakat dari University of California, Berkeley, AS, mengatakan bahwa ada senyawa baru yang digunakan untuk menggantikan gas CS.
"Ada versi yang lebih tinggi yang disebut CS2 atau CX," ujarnya.
"Mereka mengandung silikon jadi mereka bisa bertahan lebih lama di lingkungan dan tidak mudah terurai," tambah dia.
Efeknya, gas air mata bisa terus mempengaruhi suatu daerah hingga beberapa hari. Ada dua agen senyawa lain yang digunakan dalam pengontrolan masa yang bisa mengaktifkan TRPA1. Ada gas CR (dibenzoxazepine) dan gas CN (chloroacetophenone).
Menurut Jordt, keduanya lebih ampuh dibanding gas CS. Ketika terjadi Arab Spring, gas CN dan DR juga digunakan bersama-sama dengan gas CS. Penggunaan gas-gas ini menghasilkan dampak yang luar biasa merusak.
"Pada protes Arab Spring, banyak terjadi keguguran pada perempuan yang terpapar gas-gas ini," kata Jordt.
"Kemungkinan, keguguran terjadi karena syok, stres, ditambah dengan paparan kimia," tambah dia.
Gas dalam kategori lain
Kategori lain dari agen senyawa dalam gas air mata adalah yang mengaktifkan reseptor TRPV1. Kebanyakan senyawa ini merupakan turunan dari capsaicin yang banyak terdapat pada cabai-cabaian. Biasanya ini digunakan pada semprotan cabai.
Ada dua senyawa yang biasa digunakan pada kategori ini, yaitu gas OC, larutan konsentrasi dari capsaicin alami, dan PAVA, campuran capsaicin sintetis.
"Ini menyebabkan reaksi kimia atau reaksi alergi yang lebih sedikit. Tapi, ini adalah minyak yang membuatnya semakin sulit dibersihkan dan bisa bertahan lebih lama," jelas Haar.
"Ini juga bisa menyebabkan luka pada kornea jika ditembakkan langsung ke mata seseorang," sambung dia.
Efek samping jangka panjang dari setiap jenis gas air mata tidak diketahui. Terutama jika seseorang hanya terpapar gas air mata sebentar saja. Tapi, berdasarkan penelitian Haar terhadap penduduk Palestina di Tepi Barat, ada warga yang mengeluhkan mengalami kesulitan bernapas secara kronis, ruam, dan rasa sakit. Warga di Tepi Barat itu terpapar gas air mata hampir setiap minggunya.
Haar tidak menyarankan penggunaan gas air mata sebagai alat untuk mengontrol massa. Ia mengkhawatirkan penggunaan gas air mata malah akan menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Sebab, korban yang jatuh dan panik akibat terpapar gas ini bisa mengalami benturan atau bahkan terinjak-injak oleh banyak orang lain di kerumunan massa.
"Satu hal yang semakin sering kita lihat adalah gas air mata menyebabkan kepanikan dan kekacauan. Bisa ada kematian massal akibat saling injak ketika gas air digunakan," kata Haar.
"Saya rasa hanya ada sedikit situasi di mana diperlukan penggunaan gas air mata untuk melindungi masyarakat," tegas Haar.