BPBD Riau Ajukan Kembali TMC Hujan Buatan ke Pemerintah Pusat, Kualitas Udara Tidak Sehat

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau ajukan kembali Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan tahap tujuh kepada pemerintah pusat. Apalagi, kabut asap kembali melanda Riau sehingga kualitas udara terpantau tidak sehat.

BPBD Riau Ajukan Kembali TMC Hujan Buatan ke Pemerintah Pusat, Kualitas Udara Tidak Sehat
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau ajukan kembali Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan tahap tujuh kepada pemerintah pusat. Apalagi, kabut asap kembali melanda Riau sehingga kualitas udara terpantau tidak sehat. FOTO: Diskominfotiks Riau

WARTASULUH.COM, PEKANBARU - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau ajukan kembali Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan tahap tujuh kepada pemerintah pusat. Apalagi, kabut asap kembali melanda Riau sehingga kualitas udara terpantau tidak sehat.

Berdasarkan Informasi Konsentrasi Partikulat PM2.5 di laman BMKG.go.id, Rabu (18/10/2023), kualitas udara di Pekanbaru kembali terpantau di Tidak Sehat (level kuning). Hingga pukul 08.00 WIB, Konsentrasi Partikulat PM2.5 di Pekanbaru masih 105.80 µm/m3 (level kuning).

"Kita sudah ajukan TMC tahap tujuh," kata Kepala BPBD Riau Edy Afrizal.

Selain itu, BPBD Riau juga mengharapkan Pemerintah PUsat dapat menambah minimal satu unit heli Water Bombing ke Riau. Mantan Kepala BPBD Kepulauan Meranti hari ini sudah berkoordinasi dengan BNPB agar Riau kembali dikirim heli yang diperuntukan untuk kegiatan WB. 

"Sudah, baru saja saya sudah menghubungi BNPB. Karena dengan satu heli super puma milik BNPB untuk WB. Karhutla banyak ditemukan daerah perbukitan sulit diakses tim darat. Seperti di Inhu, lokasi kabakaran jauh dari akses darat," ujar Edy. 

Helikopter sikorsky yang sebelumnya diperuntukan untuk kegiatan Water Bombing (WB) di Riau sudah ditarik ke Australia. Kini tinggal satu unit lagi helikopter jenis Super Puma yang masih bertahan untuk membantu pemadaman Kabakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) dari udara. 

"Heli WB tinggal satu. Yang heli Sikorsky sudah digeser ke Australia. Kebetulan kontraknya juga sudah habis," kata Edy.

Dengan hanya satu heli WB di Riau, upaya pemadaman Karhutla yang masih terjadi di beberapa wilayah Riau tidak bisa maksimal. Terlebih jika titik Karhutla terjadi jauh dari akses darat.

Edy mencontohkan kabakaran Karhutla saat ini yang terjadi di daerah Indragiri Hulu (Inhu) berdekatan dengan kawasan taman nasional Bukit Tigapuluh. Areal berbukit dan jauh dari akses darat, menyulitkan petugas tim darat melakukan pemadaman. 

Sementara Karhutla juga terjadi di Indragiri Hilir (Inhil), kemudian di Pelalawan. Namun karena hanya ada satu heli WB, pemadaman melalui udara ini pun harus bekerja ekstra, sebagai bentuk dukungan upaya pemadaman dari udara. 

Berdasarkan rilis data yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru, Selasa (17/10/2023) sore, pukul 16.00 WIB, jumlah hotspot atau titik panas di Sumatera sebanyak 3.675 titik. 

Terbanyak di Sumatera Selatan 2.919 titik, Lampung 384 titik, Jambi titik 163, Bangka Belitung 80 titik, Sumatera Barat 22 titik, Kepualan Riau dan Bengkulu masing-masing 10 titik. Sedangkan Riau 87 titik. Yakni Kuantan Singingi 4 titik, Pelalawan titik 7 titik, Rokan Hilir 1 titik, Indragiri Hilir 3 titik, Indragiri Hulu  72 titik. (kha)