Batas Aman Scrolling Medsos Buat Sobat Gen Z Biar Nggak Kena 'Brain Rot'
WARTASULUH.COM- American Psychological Association (APA) mengungkapkan fitur-fitur media sosial seperti scrolling terus menerus dan notifikasi tanpa henti sangat berisiko bagi remaja. Otak anak muda yang masih berkembang membuat mereka sulit melepaskan diri dari pengalaman adiktif dan lebih sensitif terhadap gangguan.
"Platform-platform ini tampaknya dibuat untuk membuat anak-anak terus terlibat selama mungkin. Dan anak-anak tidak mampu menahan impuls itu seefektif orang dewasa," kata Mitch Prinstein, kepala sains APA, dikutip dari NBCNews, Sabtu (15/11/2025).
"Fakta bahwa hal ini mengganggu interaksi langsung mereka, waktu yang seharusnya dipakai untuk belajar, dan yang paling penting, tidur mereka, membawa dampak serius," sambungnya menambahkan lebih dari separuh remaja melaporkan setidaknya satu gejala ketergantungan klinis pada media sosial.
Prinstein menyarankan perusahaan teknologi untuk mengubah pengalaman default akun anak, misalnya mematikan fungsi scrolling tanpa henti atau notifikasi. Selain efek kecanduan, ia juga mendorong perlindungan yang lebih baik pada remaja terhadap perundungan siber dan ujaran kebencian.
"Meskipun beberapa platform mencoba melakukan perubahan kecil, itu masih belum memadai untuk memastikan anak-anak aman," sambungnya.
Meskin tanggung jawab utama ada pada perusahaan teknologi, Prinstein mengungkapkan orang tua bisa terlibat. Ia merekomendasikan agar orang tua bisa menghentikan penggunaan gadget di rumah maksimal pukul 9 malam.
Ini akan membuat anak dan orang tua, mendapat tidur yang cukup. Terlebih tidak ada dampak buruk berkaitan dengan membatasi penggunaan media sosial.
"Kami tidak punya data yang menunjukkan bahwa anak akan mengalami dampak buruk jika penggunaan media sosial mereka ditunda, atau dibatasi setengah jam hingga satu jam per hari," tandasnya.
Berapa Batas Aman 'Scrolling' Media Sosial?
Durasi seseorang di media sosial tergantung pada preferensi pribadi, gaya hidup, dan tujuan penggunaan. Meski begitu, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk
Seorang dokter emergency berbasis di California Selatan, Amerika Serikat Joe Whittington, MD menyarankan untuk membatasi waktu layar untuk hiburan, termasuk media sosial, kurang dari 2 jam per hari.
"Batasi penggunaan pada periode singkat tertentu, misalnya 20 hingga 30 menit, tiga kali sehari, sebagai langkah awal, sehingga tidak mengganggu produktivitas atau interaksi pribadi," ujarnya.
Pendekatan lain yang bisa dilakukan adalah fokus pada rasio waktu online dibandingkan offline. Direktur klinis di Center for Youth Mental Health, NewYork-Presbyterian, Shannon Bennett, PhD merekomendasikan anak usia sekolah dan remaja perlu menghabiskan 3 jam offline untuk setiap 1 jam online.
"Keluarga bisa dan seharusnya menentukan target waktu yang masuk akal bagi anak atau remaja untuk berada di dunia online," ujar Bennett.


Khaliza 



