Prevalensi Stunting Kepulauan Meranti Turun Jadi 9 Persen

WARTASULUH.COM, SELATPANJANG - Prestasi gemilang dan menggembirakan, kembali dicapai Kabupaten Kepulauan Meranti dalam pencegahan dan penanggulangan stunting. Berdasarkan hasil inputan di aplikasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPBGM) Tahun 2021, Prevalensi Stunting di Kabupaten Kepulauan Meranti mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi 9 persen.
“Alhamdulillah, berdasarkan hasil inputan di aplikasi e-PPBGM Kemenkes RI, prevalensi Stunting di Kabupaten Kepulauan Meranti turun dari tahun sebelumnya menjadi 9%. Pencapaian ini patut kita apresiasi dan syukuri,” ungkap Koordinator Tim Penanggulangan Stunting Kabupaten Kepulauan Meranti sekaligus Plt Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti, Muhammad Sakinulwadi, SHi, didampingi Plt, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Meranti Muhammad Fahri, SKM dan Kepala Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia (PPM) Bappeda Kabupaten Kepulauan Meranti, Kartini SSos MSi, di Selatpanjang, akhir pekan lalu.
Dikatakan Sakinulwadi, selama kurun waktu 3 tahun terakhir yakni 2019-2021 Prevalensi Stunting di Kabupaten Kepulauan Meranti mengalami penurunan yang cukup sigifikan dan sangat menggembirakan.
Berdasarkan rekapan status gizi balita yang bersumber dari aplikasi e-PPGBM, prevalensi stunting pada Desember 2019 mencapai 12% dengan data inputan mencapai 98% dari seluruh balita yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau.
Pada Agustus 2020 prevalensi stunting menurun menjadi 11% dari data inputan mencapai 93% dan tahun 2021 Agustus prevelensi stunting menurun menjadi 9%, dengan data inputan 88%.
Data prevalensi Stunting yang di input dalam aplikasi e-PPBGM tersebut, diperoleh melalui data pencatatan dan pelaporan oleh Bidan Desa dari aktifitas Balita di Posyandu pada bulan penimbangan Agustus, dengan menimbang berat badan dan mengukur panjang badan/tinggi badan seluruh Balita yang ada di seluruh desa.
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui status gizi balita pada priode penimbangan dan pengukuran. Entry data dilakukan oleh Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas dengan menggunakan Sistem e-PPGBM.
Sakinulwadi menyebutkan, pencapaian prestasi penurunan stunting Kabupaten Kepulauan Meranti ini, adalah berkat komitmen dari kepala daerah dan unsur pimpinan daerah lainnya, serta kerjasama yang solid baik oleh Tim Penanggulangan Stunting Kabupaten Kepulauan Meranti dan tingkatannya di kecamatan serta kelurahan/desa, maupun lintas sektor yang terlibat langsung yang menunjukkan kinerja positif dengan keterlibatan tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, pemerintah desa, lembaga desa, pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK), karang taruna, kader posyandu, kader desa, guru PAUD, masyarakat yang peduli kesehatan dan pendidikan, dunia usaha dan swasta, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat serta pihak terkait dan peduli lainnya yang berperan aktif dalam pendampingan dan pembinaan sasaran Stunting pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Ditambahkan Muhammad Fahri, penurunan prevalensi stunting yang cukup signifikan ini, terjadi berkat ketepatan dan pencapaian yang cukup positif dari intervensi spesifik dan sensitif serta faktor determinan pencegahan dan penurunan Stunting. Kendati demikian, masih ada beberapa indikator determinan yang perlu perhatian khusus karena pencapaian yang rendah.
“Kita akan terus melakukan pembenahan, monitoring dan evaluasi untuk menutupi dan mengatasi kekurangan-kekurangan yang di jumpai di lapangan dalam pelaksanaan intervensi pencegahan dan penanggulangan Stunting di Kabupaten Kepulauan Meranti, sehingga target zero Stunting di Kepulauan Meranti bisa tercapai,” ungkap Fahri. (rls)