Tukang Pungut Sampah Naik Haji, Legiman Nabung Sehari Seribu Rupiah sejak 1986

Meskipun hanya berprofesi sebagai tukang pungut sampah rumah tangga sejak 1976, namun Legiman (66), warga Dusun Glagahombo Kelurahan Ngampin, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah ini tercatat sebagai jemaah dan akan berhaji bersama istrinya, Baniyah (66) pada tahun ini.

Tukang Pungut Sampah Naik Haji, Legiman Nabung Sehari Seribu Rupiah sejak 1986
Meskipun hanya berprofesi sebagai tukang pungut sampah rumah tangga sejak 1976, namun Legiman (66), warga Dusun Glagahombo Kelurahan Ngampin, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah ini tercatat sebagai jemaah dan akan berhaji bersama istrinya, Baniyah (66) pada tahun ini. FOTO: Kemenag

WARTASULUH.COM, SEMARANG - Meskipun hanya berprofesi sebagai tukang pungut sampah rumah tangga sejak 1976, namun Legiman (66), warga Dusun Glagahombo Kelurahan Ngampin, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah ini tercatat sebagai jemaah dan akan berhaji bersama istrinya, Baniyah (66) pada tahun ini.

Dari upah hasil kerja yang sudah digelutinya puluhan tahun itu, Legiman menabung seribu rupiah setiap hari sejak tahun 1986.

"Kulo nabung niku menawi sedoyo kebutuhan nggriyo sampun cekap. Amargi wajibe piyantun kakung niku lak kedah nyekapi butuhipun garwo putro (Kalau menabung itu kalau semua kebutuhan rumah sudah cukup. Sebab, kewajiban laki-laki itu mencukupi kebutuhan istri dan anak)," ungkap Legiman, dikutip Wartasuluh.com dari laman Kemenag.go.id, Jumat (2/5/2025).

Legiman menceritakan, setiap hari dia berangkat pukul 06.30 WIB untuk mengambil sampah di rumah-rumah warga dengan sepeda motor dan gerobak. 

Hingga pukul 11.00 WIB siang, setidaknya ia sudah menyelesaikan pengambilan sampah di 50 rumah warga di wilayah Ngampin dan sekitarnya.

Awalnya, Legiman menabung itu untuk mengatasi ketidakpastian pendapatan. Namun, siapa sangka pada 2012, uang tabungannya terkumpul hingga Rp55 juta. 

Setelah memperoleh dukungan dari tiga anaknya, uang itu ia gunakan untuk mendaftarkan haji bersama istrinya.

“Alhamdulillah sedoyo lare-lare sami ndukung. Penting ndaftar rumiyin. mangkih pelunasan kalian sangu dipikir wingking (yang penting daftar dulu. Nanti masalah pelunasan dan uang saku dipikir belakangan),” kata Legiman menirukan anak-anaknya waktu itu.

Setelah mendaftar haji pada 2012, Legiman dan istrinya semakin giat menabung. Selain menyisihkan seribu rupiah setiap hari dari penghasilannya mengambil sampah, Legiman juga menabung dari hasil sampingan menjual barang-barang rosokan.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Semarang Ta’yinul Biri Bagus Nugroho menyampaikan bahwa Legiman dan istrinya tahun ini masuk dalam kelompok jemaah haji berhak melunasi dengan status cadangan. 

Namun, karena masih ada kuota yang tersedia, keduanya masuk jemaah cadangan berhak lunas yang bisa berangkat tahun ini.

“Dari data seksi PHU, Legiman dan istrinya Baniyah akan tergabung dalam kloter 35 bersama dengan Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah,” sebut Gus Bagus, panggilan akrabnya.

“Alhamdulillah tentu kami turut gembira. Karena dari kisah Mbah Legiman ini kita belajar bahwa haji itu tidak semata panggilan Allah yang harus diperjuangkan, akan tetapi juga butuh pengorbanan,” pungkasnya. (kha)