Diskusi Energi di Pekanbaru, Akademisi Kritik CSR, hingga Kebijakan Migas Daerah
WARTASULUH.COM, PEKANBARU — Forum Wartawan Bisnis Pekanbaru menggelar diskusi publik bertajuk “Satu Tahun Prabowo–Gibran dari Sudut Pandang Energi” di Hotel Cititel Pekanbaru, Jumat (14/11/25). Sejumlah akademisi hadir memaparkan analisis kritis terkait tata kelola energi, ekonomi hijau, hingga kebijakan pusat terhadap daerah penghasil migas.
Sebagai pembicara utama, Dr Chelsy Yesicha MIKom menyoroti munculnya BBM dan SPBU swasta yang menurutnya masih menyisakan pertanyaan publik: “Apakah ini bagian dari tata kelola energi atau justru bentuk politik energi?”
Ia juga menilai kontribusi korporasi belum memberikan dampak signifikan bagi masyarakat. Program CSR yang digulirkan perusahaan dinilai hanya menjadi formalitas, tanpa menyentuh aspek peningkatan pengetahuan dan kemandirian ekonomi masyarakat.
“Pertumbuhan ekonomi masyarakat belum stabil. Perusahaan masih mengandalkan CSR, tetapi tidak memberi pengaruh besar dalam transfer ilmu,” tegasnya.
Dr Chelsy juga mengkritisi bantuan pemerintah seperti LPG 3 kg yang dinilai belum tepat sasaran. Menurutnya, persoalan energi ramah lingkungan khususnya di kawasan gambut juga belum dipahami secara luas oleh masyarakat sehingga perlu edukasi berkelanjutan.
Ia mendorong media untuk berperan lebih aktif dalam menyebarkan informasi terkait isu energi melalui caption, kutipan wawancara hingga pemberitaan yang lebih masif.
Pada usia satu tahun pemerintahan Prabowo–Gibran, Dr Chelsy menekankan pentingnya fokus pada penguatan sektor migas di daerah yang selama ini menjadi lumbung energi nasional.
Pembicara berikutnya, Dr Riyadi Mustafa SE MSi, menguraikan delapan Asta Cita Prabowo–Gibran yang harus menjadi landasan pembangunan nasional. Salah satu poin strategis adalah swasembada pangan, yang perlu digencarkan kembali guna memulihkan kejayaan Indonesia sebagai negara agraris kuat.
Ia memaparkan tiga arah strategis pembangunan ekonomi hijau. Yakni: Penguatan tata kelola ekonomi hijau, mewujudkan ekosistem ekonomi hijau dan peningkatan kualitas SDM untuk mendukung transisi ekonomi hijau.
Untuk periode pembangunan 2025–2029, Dr Riyadi menekankan pentingnya transformasi ekonomi, peningkatan kualitas SDM, serta penataan infrastruktur dan logistik sebagai fondasi pertumbuhan berkelanjutan.
Ia juga mengapresiasi pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan III 2025 yang terus menunjukkan tren positif. Kontribusi terbesar datang dari sektor pertanian dan perkebunan sebagai penopang utama.
Hadir pula Dr Ira Herawati ST MT yang menyoroti urgensi perjuangan hak-hak daerah penghasil migas. Menurutnya, perjuangan tersebut harus dilakukan tanpa tindakan anarkis, tetapi melalui pendekatan kebijakan dan tata kelola yang jelas.
“Daerah penyumbang pajak dan migas bagi negara perlu mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah pusat,” katanya.
Dr Ira optimistis pemerintahan Prabowo–Gibran akan menyusun kebijakan yang lebih berpihak kepada daerah-daerah dengan kontribusi terbesar terhadap Dana Bagi Hasil (DBH), sehingga kesejahteraan daerah dapat meningkat sejalan dengan kontribusinya bagi negara.
Acara berlangsung interaktif dan dipandu oleh moderator Dian Citra, yang mampu membangun suasana diskusi penuh energi positif. Forum ini memberikan gambaran luas mengenai perjalanan setahun pemerintahan Prabowo–Gibran, sekaligus arah pembangunan di sektor energi, ekonomi hijau dan kebijakan daerah ke depan. (Rilis)


Lestari 



